Panduan Memahami Kualitas Mebel Jepara: Perbedaan Grade A, B, dan C
Saat Anda mencari mebel Jepara, Anda akan menemukan berbagai penawaran harga. Mengapa bisa begitu? Karena tidak semua mebel Jepara dibuat dengan standar yang sama. Di Kedai Mebel Jati, kami mengkategorikan produk kami menjadi 3 tingkatan kualitas atau grade: A, B, dan C.
Tujuan kami membuat halaman ini adalah untuk menjelaskan perbedaan kualitas mebel Jepara secara jujur dan sesederhana mungkin, tanpa istilah-istilah industri yang rumit. Penjelasan ini adalah standar yang kami gunakan di perusahaan kami. Perlu diingat, setiap pengrajin atau perusahaan mungkin memiliki standar kualitas yang berbeda.
Panduan ini kami buat agar Anda bisa menjadi pembeli yang cerdas dan mendapatkan produk yang benar-benar sesuai dengan ekspektasi dan anggaran Anda.
Dan juga perlu di ingat bahwa setiap perusahaan memiliki standart kualitas yang berbeda2, jadi mungkin anda akan mendapatkan penjelasan mengenai perbedaan kualitas mebel jepara dari kami mungkin berbeda dengan apa yang dijelaskan oleh perusahaan lain.
Point2 Penting:
3 Faktor Utama Penentu Perbedaan Kualitas Mebel Jepara
Meskipun ada banyak faktor, perbedaan kualitas mebel Jepara pada dasarnya ditentukan oleh 3 komponen utama:
- Kualitas Bahan Baku Kayu: Ini adalah fondasi dari segalanya.
- Kualitas Bahan & Teknik Finishing: Ini menentukan penampilan akhir dan daya tahan permukaan.
- Kualitas Konstruksi & Detail: Ini mencakup kekuatan sambungan, kerapian, dan seni ukiran.
Aksesori seperti handle atau rel laci juga berpengaruh, namun karena merupakan produk pabrikan, kualitasnya lebih mudah distandarisasi berdasarkan merk. Fokus utama kita adalah pada tiga poin di atas yang merupakan hasil dari keahlian tangan pengrajin.
Beda dengan kayu yang langsung diambil dari alam, agak perlu sedikit penjelasan biar tidak salah paham. Bisa deh baca disini masalah hardware dan aksesories mebel jepara kalau anda bersikeras. Di link tersebut kami jelaskan ada beberapa hardware yang dipakai di industri mebel jepara.
Bahan finishing akan kami jelaskan sedikit dibagian tengah post. Kami juga menulis beberapa post yang menjelaskan secara detail jenis bahan finishing mebel dan berbagai topik lainnya. Silahkan kunjungi halaman “Blog” kami dimenu atas.
1. Faktor bahan baku kayu
Jadi mari kita bicara tentang kayu, faktor utama yang mempengaruhi perbedaan kualitas mebel jepara. Pada post ini kami akan bahas kayu jati untuk studi kasus saja. Namun penjelasan ini dapat juga berlaku untuk kayu jenis lain seperti mahoni, mangga, mindi dll karena pada dasarnya sama saja perlakuan dan karakter kayu pada umumnya.
Harga kayu jati dipengaruhi oleh 3 hal utama, yakni ukuran diameternya, panjangnya dan daerah asal tumbuhnya. Untuk ukuran akan dibahas secara singkat dibawah ini, sedang daerah penghasil kayu bagus diantaranya adalah blora, cepu, pacitan, gunung kidul, soppeng sulawesi dan masih banyak lain.
Kayu yang tumbuh diatas tanah tandus akan berkembang lama karena kurang gizi, tidak seperti manusia…ini malah bagus karena kayu akan tumbuh lambat dan mengakibatkan serat kayu nya padat dan stabil.
Beda dengan kayu yang tubuh di daerah subur. Mereka cepet tumbuh jadi gede namun seratnya kurang padat dan suka kempes papan gergajiannya. Anda bisa bandingkan antara daging ayam kampung yang kekar dengan ayam sayur ternakan..? nah begitulah kira2 analogikanya.
Oiyha satu hal lagi hal utama yang mempengaruhi harga kayu jati adalah apakah kayu tersebut berasal dari hutan perhutani atau dari lahan milik rakyat. Kayu jati yang dikelola oleh perhutani kualitasnya lebih bagus jika dibanding dengan kayu rakyat (kayu jati kampung) yang tumbuh dilahan warga. Kayu TPK dirawat intensif VS kayu rakyat tumbuh liar seadanya.
Asal Kayu: Perhutani (TPK) vs. Kayu Rakyat
Ini adalah perbedaan paling fundamental.
- Kayu Jati Perhutani (TPK): Ini adalah kayu jati yang dikelola secara profesional oleh Perhutani. Pohonnya dirawat dengan cara penjarangan dan pemangkasan dahan, usianya tua, dan ditebang pada waktu yang tepat. Hasilnya adalah kayu dengan serat yang sangat padat, lurus, dan sedikit mata kayu. Kami hanya menggunakan kayu TPK untuk mebel Grade A.
- Kayu Jati Rakyat (Kampung): Ini adalah kayu jati yang tumbuh di lahan milik warga. Pertumbuhannya seringkali lebih cepat karena tanahnya subur. Analoginya seperti daging ayam diatas. Kayu rakyat tetap kayu jati asli, namun kepadatan dan kestabilannya tidak setinggi kayu TPK.
Ukuran Kayu Jati
- Kayu A1 atau OP
Kayu berukuran A1 atau OP berdiameter 15 – 20 cm. Ukuran kayu gelondong dibawah itu di jepara ukuran 10 – 15 kadang disebut DL, kami tidak pakai ini, repot dibelakang nantinya karena cenderung tidak stabil serat kayunya, melengkung lah, pecah lah, susut lah repot pokoknya. Kami cuma pakai kayu diameter 18 cm keatas untuk bikin mebel, biar tidak terlalu repot penanganannya.
Kayu A1 biasanya berumur muda, masih puluhan tahun juga sih..namun umur segitu dalam dunia kayu kita sebutnya muda. nah karena usia nya yang muda, serat kayunya cenderung masih labil (sama seperti anak2 muda kita), kalau tidak diperhatikan kekeringannya maka mebel yang dihasilkan mudah pecah.
Selain itu…karena diameter kecil, penampang papan hasil gergajian juga sempit, yang menjadikan mebel yang dihasilkan ada garis2 putih bagian pinggir papan. Gambar bicara lebih baik dari tulisan, silahkan…
- Kayu A2 atau OP
Kayu A2 berdiameter 20 – 30 Cm, dengan ukuran segini indikasi umurnya sudah lumayan tua, yang artinya penampang kayu lebih kuat dan luas dibanding kayu ukuran A1 diatas. Semakin tua umur kayu maka semakin banyak lapisan kambium (lapisan yang menyusun batang pohon) yang berarti semakin stabil penampang papan kayu yang dihasilkan.
Berikut penampakan nya pada barang jadi. warna penampang mebelnya rata coklat semua tanpa belang2 putih seperti pada kayu A1 / OP
- Kayu A3
Kayu A3 berdiameter 30 – 40 cm. ukuran yang ideal untuk pembuatan furniture. kayu ukuran ini berumur tua sehingga serat kayunya bagus dan stabil tidak mudah susut.
Lagi…ini berkat rapat dan banyaknya lapisan kambium yang ada pada batang pohon. menurut informasi yang kami terima, lapisan kambium bertambah tiap satu musim sekali, jadi kalau di Indonesia sekitar satu tahun sekali baru ada satu lapisan kambium.
FYI…log kayu A3 ada puluhan bahkan ratusan lapisan kambium nya, satu lapis kambium sama dengan satu musim, jadi ya udah tua banget maksudnya.
Masih ada ukuran kayu jati yang lebih besar dari spesifikasi diatas, namun itu masuk kategori “special purchase“. tidak bisa didapatkan dengan mudah dipasaran. Misal jika anda mau pesan meja makan kayu jati dengan daun meja tanpa sambungan ukuran lebar 100 x panjang 5 meter tebalnya 15 cm.
Bisakah…? bisa saja, tapi harganya sangat amat mahal sekali dan barangnya sangat amat susah sekali untuk ditemukan. ini seperti berburu harta karun, beneran…
2. Finishing
Setelah kita tahu perbedaan jenis dan kondisi kayu, maka point kedua yang tidak kalah penting untuk menentukan perbedaan kualitas mebel jepara adalah bahan finishing, pada dasarnya kami membedakan 3 bahan finishing yakni Melamine, Nitrocellulose dan Polyurethane, berikut penjelasan singkatnya.
1. Melamine, Jenis bahan finishing untuk mebel yang biasa di sebut ” ML ” ini memiliki sifat yang hampir sama dengan yang di miliki oleh material NC, cuma tingkat kekerasan film nya sedikit lebih keras jika di bandingkan dengan NC, hal itu mengakibatkan seringnya di jumpai kasus pengelupasan saat barang mebel terbentur benda keras yang lain.
Jenis finishing ini cocok untuk di aplikasikan pada produk mebel minimalis karena sifatnya yang melapisi sempurna dan menutup pori2 kayu sehingga kesan modern yang di harapakan lebih jelas kelihatan. kelebihannya adalah harga murah dan proses yang mudah.
2. NitroCellulose / NC, Bahan finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan ‘solvent / thinner’ yang cepat kering.
NC memberikan hasil akhir warna yang lebih natural, biasa di pakai jika pada pesanan mebel klasik yang banyak mengadopsi ukiran dan detail yang rumit, sifatnya meresap ke dalam serat kayu serta tidak membuat lapisan film yang blok serat. di aplikasikan dengan metode “semprot” yang hasilnya serat alami kayu masih kelihatan alami.
Bahan ini cenderung lebih diminati oleh kalangan atas karena kualitas dan daya tahannya sangat bagus jika di aplikasikan secara baik dan benar.
3. Polyurethane, Jenis bahan finishing untuk mebel ini adalah yang paling mahal di banding kedua bahan di atas, hal ini karena kualitas bahan Polyurethane atau lebih terkenal dengan sebutan PU ( piyu ) memang sangat bagus.
Sifatnya menutup sempurna dengan lapisan film yang cukup tebal namun sangat kuat sehingga tidak mudah tergores atau mengelupas saat terbentur dan di gores dengan kuku.
Jenis material ini juga tahan terhadap ultra violet dan kedap air secara sempurna sehingga banyak di pakai untuk pemakaian luar ruangan seperti pada jendela, kusen, pintu dan juga pada finishing automotive seperti mobil dan motor
Ada beberapa bahan finishing lain yang banyak dipakai di industri mebel jepara yakni finishing waterbase, teak oil dan wax. Namun yang paling umum digunakan adalah ketiga bahan diatas. Bahan2 tambahan ini hanya kami pakai saat ada permintaan khusus saja.
3. Memahami Kualitas Konstruksi & Detail Ukiran
Konstruksi & Sambungan
Kekuatan sebuah mebel sangat bergantung pada teknik penyambungannya.
- Insert Joint: Teknik sambungan standar yang biasa kami gunakan untuk Grade C.
- Lidah & Alur (Tongue & Groove): Sambungan yang lebih kuat dan presisi, biasa kami gunakan untuk Grade B.
- Finger Joint: Teknik sambungan paling kuat yang menyatukan kayu seperti jari-jari yang saling mengunci. Kami gunakan untuk Grade A.
Seni Ukiran yang “Terasa” Berbeda
Bagi orang awam, semua ukiran mungkin terlihat sama. Kami pernah melakukan tes kecil pada seorang teman yang tidak mengerti mebel. Kami tunjukkan 3 nakas dengan motif ukir dan finishing yang sama, hanya beda kualitas ukirannya.
Saat melihat Grade C, ia bilang “Bagus, rapi”. Saat kami tunjukkan Grade B, ia langsung berkata, “Wah, yang ini lebih bagus. Ukirannya lebih hidup dan timbul.”
Ini membuktikan bahwa kualitas ukiran itu “terasa”, bahkan oleh mata yang tidak terlatih. Ukiran berkualitas tinggi memiliki kedalaman, detail, dan kehalusan yang berbeda, yang hanya bisa dilihat saat Anda membandingkannya secara langsung.
Jadi diatas adalah penjelasan singkat mengenai ukuran dan kualitas kayu dan bahan finishing, berikut dibawah adalah penjelasan mengenai grade atau perbedaan kualitas mebel jepara yang kami pakai di perusahaan mebel jepara kami.
Mohon sekali lagi diingat kalau lain perusahaan kemungkinan besar lain standart lho…
Rangkuman: Perbedaan Kualitas Mebel Jepara Grade A, B, & C Kami
Sekarang, mari kita rangkum semua faktor di atas ke dalam definisi perbedaan kualitas mebel Jepara yang kami gunakan.
Mebel Kualitas Grade C
- Bahan Kayu : Kayu rakyat diameter 17 – 25 Cm ( bagian pinggir kayu yang putih masih dipakai )
- Bahan Finishing : Melamine
- Hardware : Standart pasar sekelas merk Huben
– Kekurangannya
Jika kita perhatikan dengan seksama anda akan melihat garis batas antar bagian putih kayu dengan bagian tengahnya, hal ini menimbulkan efek belang pada tampilan keseluruhan.
Tingkat keawetannya juga terbatas, bagian pinggir kayu yang berwarna putih lebih empuk dan lebih mudah di makan hama. meskipun hal ini bisa di hindari dengan pemakaian anti hama dan teknik finishing yang tepat, namun resiko tersebut masih tetap ada.
– Kelebihannya
Selain harga lebih murah, semua kekurangan tersebut diatas tidak akan kelihatan jika tidak di cermati oleh mata orang yang tahu seluk beluk kayu, jadi anda tidak akan merasa membeli barang murahan meski dengan harga yang memang murah.
Rata2 konsumen kami memilih grade C untuk kebutuhan mereka.
Mebel Kualitas Grade B
- Bahan Kayu : Kayu rakyat diameter 25 – 35 Cm ( bagian pinggir kayu yang putih TIDAK dipakai )
- Bahan Finishing : Nitrocellulose / NC
- Hardware : Standart pasar sekelas merk Drolla
– Kelebihannya
Awet dan berkualitas tinggi karena dibuat dari bahan baku yang bagus jika dibandingkan dengan yang ada dipasaran karena dibuat dari kayu berdiameter besar. semakin besar diameter kayu maka umurnya semakin tua dan semakin bagus kekuatannya.
Warna dan serat kayu seragam karena tidak pakai bagian pinggir papan yang berwarna putih.
– Kekurangannya
Lebih mahal dibanding dengan mebel grade C karena pemakaian bahan baku yang lebih mahal. pembuangan bagian pinggir mengharuskan untuk pemakaian kayu berdiameter besar yang harganya lebih mahal. Selain masalah harga yang lebih mahal dari grade C tidak ada lagi kekurangannya menurut kami.
Grade B selalu kami sarankan kepada customer baru kami yang bertanya grade apa yang ideal kalau mau beli mebel berkualitas dengan harga yang tidak gila2an
Mebel Kualitas Grade A
- Bahan Kayu: Kayu TPK perhutani diameter 30 Cm keatas ( bagian pinggir kayu yang putih TIDAK dipakai )
- Bahan Finishing: Nitrocellulose / NC atau PU
- Hardware: Standart pasar sekelas merk Havele dan bloom.
Mebel dengan grade ini jarang kami buat karena mahal dan spesifikasi kualitasnya sulit untuk dipenuhi. Kami memakai bahan kayu perhutani diameter besar dan hanya memakai bagian tengah papan yang harus minim dari cacat, seperti mata mati atau serat patah.
Bahan finishingnya memakai PU (polyurethane) untuk pesanan high gloss, bahan finishing ini sama dengan kualitas cat mobil dan kendaraan bermotor yang tahan terhadap cuaca dan bahkan hujan asam. Hardware top class dan penanganan yang ekstra hati2 menjadikan harga grade A relatif mahal.
Untuk mebel klasik kebanyakan tidak pakai Polyurethane melainkan pakai nitrocellulose, alasan utama adalah karena PU sifatnya menutup sempurna permukaan kayu, sedang NC sifatnya meresap sempurna ke dalam serat kayu.
Nah kalau mebel klasik butuh penampilan antik yang menonjolkan seindahan serat alami kayu, termasuk pori2nya. dan hal ini hanya bisa dicapai dengan dengan material finishing NC.
Checklist Praktis: 6 Cara Cepat Membedakan Kualitas Mebel
Bagi Anda yang awam, membedakan kualitas mebel memang bisa jadi tantangan. Berikut adalah rangkuman praktis berdasarkan pengalaman kami yang bisa Anda gunakan sebagai panduan cepat saat akan membeli:
1. Perhatikan Serat & Lebar Papan Kayu
- Lihat serat kayunya. Semakin rapat dan padat alur seratnya, semakin tua umur kayu tersebut, yang berarti kualitasnya semakin bagus dan stabil.
- Perhatikan lebar papan kayu yang digunakan. Papan yang lebar menandakan mebel tersebut dibuat dari pohon berdiameter besar (tua). Hindari mebel yang terlalu banyak sambungan papan kecil-kecil.
2. “Goyang” & Periksa Konstruksinya
- Jangan ragu untuk sedikit menggoyangkan mebel yang hendak Anda beli (misalnya kursi atau meja kecil). Mebel yang bagus akan terasa kokoh dan tidak goyah.
- Lihat bagian bawah dan dalam mebel. Periksa sambungan-sambungannya. Konstruksi yang baik menggunakan teknik sambungan kayu yang kuat (seperti mortise-tenon), bukan hanya mengandalkan paku atau sekrup.
3. Raba & Lihat Detail Finishing
- Raba permukaannya. Finishing berkualitas tinggi akan terasa sangat halus, rata, dan tidak bergelombang.
- Perhatikan warnanya. Apakah ada belang-belang warna yang aneh? Apakah ada tanda-tanda cat akan mengelupas? Tanyakan pada penjual bahan finishing apa yang mereka gunakan (Melamine, NC, atau PU) karena ini sangat menentukan daya tahan.
4. Waspadai Cacat Alami & Hama Kayu
- Perhatikan “mata kayu”. Mata kayu kecil yang warnanya senada dengan kayu (mata hidup) masih bisa ditoleransi. Hindari mebel yang memiliki banyak “mata mati” (lubang bekas cabang yang besar dan berwarna gelap), karena ini berisiko retak atau copot di kemudian hari.
- Lihat apakah ada bubuk kayu halus di bawah mebel. Jika ada, jangan dibeli. Itu adalah tanda pasti adanya hama kayu.
5. Coba Semua Hardware yang Ada
- Ini sering terlewatkan. Buka-tutup semua laci dan pintu lemari. Pastikan engselnya berfungsi baik dan rel lacinya mulus. Kualitas hardware bisa menjadi indikasi apakah produsen memperhatikan detail atau tidak.
6. (Khusus Pembelian Online) Uji Penjual & Minta Garansi
- Jangan ragu untuk bertanya secara detail kepada penjual. Penjual yang profesional dan tahu apa yang mereka jual akan bisa menjawab dengan percaya diri.
- Yang terpenting: Selalu minta GARANSI konstruksi sebagai jaminan kualitas.
Kesimpulan Akhir
Pada dasarnya, Grade C bukanlah produk yang buruk jika dibandingkan Grade A, hanya berbeda kelasnya. Memahami perbedaan kualitas mebel Jepara ini sama seperti kita membandingkan mobil Mercedes-Benz dengan Ferrari, anda tidak akan bilang kalau Mercy itu jelek kan? Hanya beda peruntukan, detail, dan harganya.
Semoga penjelasan ini membantu Anda dalam mengambil keputusan. Jika Anda masih merasa kurang jelas atau ingin berkonsultasi langsung untuk menentukan grade mana yang paling pas untuk kebutuhan Anda, jangan ragu untuk menghubungi kami. Matur Nuwun