Setelah mengetahui tahapan pembuatan mebel, langkah selanjutnya adalah memahami berbagai jenis bahan finishing untuk mebel. Ini penting agar Anda tahu karakter dan tampilan akhir pada produk mebel yang hendak dibeli. Memilih jenis bahan finishing untuk mebel yang tepat juga secara langsung memengaruhi harga jual sebuah produk karena perbedaan harga material dan biaya aplikasinya.
Penting untuk dipahami, menggunakan finishing kayu berbeda dengan mengecat. Pengecatan akan menyembunyikan keindahan asli dan serat kayu, sedangkan finishing bertujuan untuk melindungi sekaligus menonjolkan kemewahan alami dari permukaan kayu tersebut.
Secara umum, finishing kayu terdiri dari dua jenis: yang pertama membentuk lapisan film di atas permukaan kayu, dan yang kedua adalah yang meresap ke dalam pori-pori kayu. Agar tidak bingung, mari kita bedah satu per satu jenis bahan finishing untuk mebel yang paling umum digunakan di industri mebel Jepara.
Bagian 1: Jenis Bahan Finishing untuk Mebel Modern & Profesional
Ini adalah beberapa jenis bahan finishing untuk mebel yang paling sering digunakan oleh produsen modern karena daya tahan dan hasil akhirnya yang presisi.
1. Nitrocellulose (NC) / Lacquer
Bahan finishing ini terbuat dari resin Nitrocellulose/alkyd yang dicampur dengan bahan ‘solvent/thinner’ yang cepat kering. Sering juga disebut sebagai Lacquer, jenis ini sangat populer karena kemampuannya memberikan hasil akhir warna yang lebih natural.
Sifatnya meresap ke dalam serat kayu dan tidak membuat lapisan film tebal yang menutupinya, sehingga sangat cocok untuk mebel dengan ukiran dan detail rumit. Bahan NC diaplikasikan dengan metode semprot untuk mendapatkan hasil yang rata dan tetap memperlihatkan serat alami kayu. Karena kualitas dan daya tahannya, bahan ini cenderung lebih diminati oleh kalangan atas.
2. Melamine (ML)
Jenis bahan finishing yang biasa disebut ”ML” ini memiliki tingkat kekerasan lapisan (film) yang lebih tinggi dibandingkan NC. Ini membuatnya melapisi permukaan dengan sempurna dan menutup pori-pori kayu, sehingga kesan modern pada mebel minimalis bisa terlihat lebih jelas.
Namun, karena lapisannya yang keras, ia bisa retak atau mengelupas jika terbentur benda keras. Harga bahan baku dan pengerjaannya lebih terjangkau dibandingkan NC, sehingga banyak produsen mebel Jepara menggunakan bahan ini. Perlu diketahui, bahan ini memiliki kandungan formaldehyde yang cukup tinggi, sehingga proses aplikasi membutuhkan standar keselamatan kerja yang baik.
3. Polyurethane (PU)
Ini adalah jenis bahan finishing untuk mebel yang paling premium dan paling mahal di antara ketiganya. Kualitas bahan polyurethane (PU) memang sangat bagus. Sifatnya menutup sempurna dengan lapisan film yang cukup tebal namun sangat kuat, sehingga tidak mudah tergores atau mengelupas saat terbentur.
Material ini juga tahan terhadap sinar ultra violet dan kedap air secara sempurna. Karenanya, PU banyak dipakai untuk furnitur luar ruangan (outdoor) seperti jendela, kusen, pintu, dan juga pada finishing otomotif seperti mobil dan motor.
Bagian 2: Jenis Bahan Finishing untuk Mebel Natural & Tradisional
Selain tiga jenis modern di atas, ada banyak jenis bahan finishing untuk mebel lain yang menawarkan estetika yang lebih alami dan klasik.
4. Finishing Minyak (Oil Finish)
Finishing berbasis minyak bekerja dengan cara meresap ke dalam pori-pori kayu untuk menggantikan minyak alami kayu yang mengering seiring waktu. Hasilnya, kayu terlihat lebih “hidup”, kaya, dan tembus cahaya, dengan nuansa unfinished yang sangat natural. Minyak yang paling umum digunakan adalah minyak biji rami (linseed oil).
5. Finishing Lilin (Wax Finish) & Hard Wax Oil
- Wax Finish: Berbahan dasar lilin, jenis ini mudah diaplikasikan namun perlindungannya hanya bersifat jangka pendek dan tidak sekuat pernis. Hasil akhirnya sangat natural dan lembut saat disentuh.
- Hard Wax Oil: Merupakan kombinasi dari lilin dan minyak. Finishing ini menawarkan tampilan alami dari minyak namun dengan daya tahan yang lebih baik berkat lapisan lilinnya. Sangat mudah dirawat dan diperbaiki jika ada bagian yang aus.
6. Politur, Shellac (Silak), dan French Polish
Ketiganya berbasis pada bahan yang sama, yaitu shellac (silak), sebuah resin alami yang dihasilkan oleh serangga.
- Politur/Shellac: Secara tradisional, politur adalah shellac yang dilarutkan dengan alkohol/spirtus, lalu diaplikasikan dengan cara dioles menggunakan kain. Hasilnya mengkilap dan mampu menutupi kerusakan ringan pada permukaan kayu. Kelemahannya adalah tidak tahan air.
- French Polish: Ini adalah teknik aplikasi, bukan jenis bahan. Menggunakan campuran shellac dan alkohol yang digosokkan berulang kali ke permukaan kayu untuk menghasilkan lapisan kilap yang sangat dalam dan mewah. Ini adalah teknik finishing klasik yang sudah digunakan sejak abad ke-19.
7. Pernis (Varnish)
Pernis adalah salah satu pelapis kayu yang paling umum, terdiri dari campuran minyak, pelarut, dan resin. Hasil akhirnya keras, tahan lama, dan sangat protektif, bahkan memiliki perlindungan terhadap sinar UV. Pernis bisa transparan atau berwarna, dan dapat disesuaikan untuk menghasilkan lapisan akhir mengkilap (glossy), satin, atau semi-kilap.
8. Finishing Berbasis Air (Water-based)
Belakangan ini sangat populer di Eropa karena sangat ramah lingkungan. Baik pigmen warna maupun pengencernya menggunakan air. Pelapis berbasis air memiliki bau yang jauh lebih sedikit dibandingkan yang berbasis minyak. Hasil akhirnya sangat bersih, jernih, dan tidak menguning seiring waktu, serta memberikan tampilan alami pada permukaan kayu.
Bagian 3: Pewarnaan dan Pengawetan (Bahan Pendukung Finishing)
Beberapa bahan berikut lebih fokus pada perubahan warna atau perlindungan dasar, bukan sebagai jenis bahan finishing untuk mebel lapisan akhir.
9. Pewarna Kayu (Wood Dye & Wood Stain)
- Wood Dye: Ini adalah pewarna yang larut dalam pelarut dan bekerja seperti pewarna kain. Ia meresap dan mengubah warna kayu tanpa menutupi serat alaminya.
- Wood Stain: Fungsinya mirip dengan wood dye, yaitu untuk mengubah atau menyeragamkan warna kayu. Namun, wood stain biasanya memerlukan lapisan pelindung (seperti pernis) setelahnya, karena ia sendiri tidak memberikan proteksi.
10. Pengawet Kayu (Wood Preserve)
Sesuai namanya, tujuan utama bahan ini adalah untuk mencegah kayu dari pembusukan dan serangan serangga. Biasanya digunakan untuk bagian luar (eksterior) dan tersedia dalam berbagai warna dengan hasil akhir matte atau semi-gloss.
Kesimpulan: Memilih Jenis Bahan Finishing untuk Mebel yang Tepat
Pilihan jenis bahan finishing untuk mebel terserah kepada Anda, tergantung pada beberapa faktor:
- Tampilan Akhir: Apakah Anda suka tampilan super mengkilap (PU, French Polish), natural (Oil, Wax), atau standar (Melamine)?
- Penggunaan Furnitur: Apakah untuk indoor atau outdoor? Apakah akan sering terkena goresan atau air?
- Budget: Finishing premium seperti PU tentu memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan Melamine atau Politur.
Kami persilahkan Anda untuk menghubungi kami jika masih ada informasi yang kurang dari penjelasan kami tentang topik ini. Memilih jenis bahan finishing untuk mebel yang tepat adalah langkah penting untuk memastikan furnitur Anda tidak hanya indah, tetapi juga awet untuk tahun-tahun mendatang.
Baca Juga: Memahami finishing adalah bagian krusial. Untuk panduan yang lebih menyeluruh tentang cara memilih mebel dari awal hingga akhir, pastikan Anda membaca Panduan Lengkap Membeli Furniture Jati Jepara kami.
0 Comments